Bacaan I : Yes. 50:4-7; Bacaan II : Flp. 2:6-11;
Bacaan Injil : Luk. 22:14- 23:56.
KETAATAN DAN KERENDAHAN HATI
Setelah gagal atas tuduhan “menghujat Allah di Mahkamah Agama“, para Ahli Taurat dan pemimpin Yahudi membawa Yesus ke ranah politik, dengan tuduhan penyesatan terhadap rakyat seperti larangan membayar pajak kepada kaisar dan pernyataan diri sebagai Mesias. Tuduhan ini membawa Yesus ke hadapan Pilatus sebagai wali negeri Roma di tanah Yudea. Pilatus yang kemudian menginvestigasi Yesus tidak menemukan kesalahan pada-Nya. Dia mengirimkan Yesus kepada Herodes, raja Yahudi saat itu untuk diadili.
Di hadapan Herodes Yesus tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada-Nya samasekali. Dikirimlah Dia kembali ke Pilatus dan penguasa Romawi ini tetap tidak menemukan kesalahan pada-Nya. Desakan untuk menyalibkan Yesus terus menguat dan menggoyahkan Pilatus yang berniat membebaskan Yesus. Bahkan orang-orang Yahudi lebih memilih membebaskan Barabas yang adalah pemberontak. Pilatus terombang-ambing antara memberi keadilan pada Yesus, atau menyenangkan hati orang-orang Yahudi dengan menyalibkan Yesus. Pilatus menyerah dan mengkhianati keadilan yang hamper menjadi keputusannya.
Perjalanan Yesus ke Golgota diwarnai beberapa kejadian yaitu ada sosok Simon orang Kirene yang membantunya memanggul salib, nasihat Yesus kepada para perempuan yang menangisi-Nya dan dua orang penjahat yang mendampingi-Nya untuk menjalani eksekusi.
Di kayu salib, dalam kondisi kemanusiaan yang sangat lemah, Yesus justru menunjukkan luapan kasih yang demikian besar. Anugerah pengampunan diberikan kepada orang-orang yang menyalibkan Dia dengan memohon kepada Bapa-Nya. Bahkan seorang penjahat yang menghadapi sakratul maut bersama-Nya mendapat jaminan untuk bersama-Nya di Firdaus. Tidak perlu menunggu besok, lusa atau akhir zaman, melainkan “Hari ini juga..” [Luk 23:43].
Setelah selesai tugas perutusan-Nya Yesus menyerahkan nyawa kepada Bapa-Nya. Dia telah menggenapi apa yang dinubuatkan Yesaya sebagai hamba yang tabah dan taat [Yes 50:4-7]. Ini juga yang dinasihatkan oleh Paulus kepada Jemaat di Filipi agar mereka meneladani Yesus yang merendahkan diri dan taat sampai mati [Flp 2:8].
Jika dari Yesus kita belajar kerendahan dan ketaatan, maka dari Pilatus kita juga belajar bagaimana seharusnya kebenaran lebih diutamakan dari sikap berusaha menyenangkan semua orang. Simon dari Kirene mungkin menganggap hari itu adalah hari naasnya. Tetapi di kemudian hari hatinya akan bersukacita karena dia adalah satu-satunya orang yang diizinkan Yesus untuk memikul salib-Nya. Simon dari Kirene mengajarkan sebuah ketaatan dan kerendahan hati. Namun jika kita belum sanggup belajar dari kedua tokoh ini, maka setidaknya kitab oleh bersyukur karena kita seperti Barabas, si pemberontak yang bebas karena Yesus menggantikan hukumannya. Selamat memasuki Pekan Suci! [DN]