Bacaan I : Yos. 5:9a,10-12; Bacaan II : 2Kor. 5:17-21;
Bacaan Injil : uk. 15:1-3,11-32.
MANUSIA BARU
Giovanni di Pietro di Bernardone lahir tahun 1181 di kota Assisi, Italia dari keluarga kaya raya. Ayahnya seorang saudagar kain dari Assisi dan Ibunya berasal dari Perancis. Ketika dibaptis dia diberi nama baptis Giovanni, namun kemudian ayahnya mengganti nama tersebut dengan Francesco. Menjadi anak dari keluarga kaya, membuat Francesco bergelimang kemewahan. Hobinya berpesta dan mempunyai cita-cita menjadi ksatria ternama. Ini didukung perawakannya yang gagah dan menawan dalam balutan pakaian yang mewah.
Tahun 1202 terjadi konflik dan Fransesco ikut berperang namun dia tertawan. Ayahnya menebus dia dari penjara. Setelah itu kesehatannya memburuk dan harus menghabiskan banyak waktu di tempat tidur. Tahun 1204 Fransesco sempat bergabung untuk ikut Perang Salib namun tidak berakhir dengan baik dan pulang ke Assisi. Kejadian yang dialaminya membuat Fransesco merenungkan perjalanan hidupnya. Sapaan Yesus saat dia berdoa di gereja tua San Damiano, mengubah jalan hidupnya. Dia menjalani hidup dalam kemiskinan seperti yang diajarkan oleh Yesus [Mat 10:9-10]. Pertobatannya bukan hanya mampu mengubah dirinya tetapi juga menginspirasi banyak orang dalam bentangan zaman. Dia kemudian dikenal sebagai Santo Fransiskus dari Asisi.
Bacaan Injil hari ini dengan jelas mengisahkan bagaimana anak bungsu yang kembali ke rumah bapanya menerima jubah terbaik,cincin dan sepatu. Semua itu dianugerahkan oleh bapanya sebagai tanda bahwa dia menjadi manusia baru. Dulu dia disebut mati karena meninggalkan bapanya, melebur dalam keduniawian [Luk 15:13]. Saat dunia yang dipujanya membuat dia terpuruk maka terbukalah mata hatinya, Dia menyadari keberdosaannya dan mewujudkan tekadnya untuk kembali kepada bapanya. Dia yang dulu telah mati kemudian hidup kembali [15:24].
Kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajarkan bahwa manusia baru atau ciptaan baru adalah dia yang berada di dalam Kristus [2Kor 5:17]. Karena Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus. Keadaan baru juga dialami oleh bangsa Israel saat mereka yang dibimbing Allah memasuki tanah terjanji. Allah telah menyingkirkan cela dari Mesir dari mereka [Yos 5:9]. Mereka sudah tidak makan manna lagi melainkan dari yang dihasilkan oleh tanah Kanaan.
Pertobatan membutuhkan kesadaran seperti yang dilakukan oleh Fransiskus Assisi. Demikian pula si bungsu dari kisah Anak yang Hilang. Mereka sadar bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Pertobatan telah menjadikan mereka manusia baru. Bagaimana dengan pertobatan kita di masa Prapaskah ini? Sudahkah kita menemukan kesadaran? Sudahkah kita menjadi manusia baru? [CT]