Bacaan I : Yer. 17:5-8; Bacaan II : 1Kor. 15:12,16-20;
Bacaan Injil : Luk. 6:17,20-26.
LEBIH PEDULI TERHADAP KAUM LEMAH DAN MISKIN
Bacaan Injil hari ini mungkin tidak terlalu nyaman dibaca bagi orang-orang tertentu. Perkataan Yesus begitu keras karena berisi pesan-pesan radikal tentang nilai-nilai Kerajaan Allah. Yesus menyampaikannya di suatu tempat yang datar. Khotbahnya berisi tentang sabda bahagia dan sekaligus sabda celaka. Orang banyak datang dari berbagai untuk mendengar pengajaran-Nya dan mencari penyembuhan. Yesus memanfaatkan momen ini untuk menyampaikan pengajaran-Nya.
Pada zaman itu masyarakat Yahudi hidup di bawah penjajahan Romawi, di mana ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi sangat terasa. Orang miskin, lemah, dan tertindas sering diabaikan, sementara ada kelompok orang kaya dan berkuasa begitu dihormati. Yesus membela mereka yang tertindas dengan mengatakan bahwa mereka adalah pemilik Kerajaan Allah (Luk 6:20). Mereka tidak mempunyai siapa-siapa untuk diandalkan dalam hidup mereka kecuali Allah. Ini sejalan dengan apa yang disampaikan Nabi Yeremia dalam bacaan pertama (Yer 17:7).Di sisi lain, Yesus mengingatkan mereka yang kaya, kenyang, dan tertawa saat ini bahwa mereka akan menghadapi tantangan di masa depan jika mereka tidak peduli pada sesama.
Sabda Bahagia yang disampaikan Yesus sangat relevan dalam konteks zaman sekarang. Di tengah dunia yang sering mengagungkan kekayaan, kekuasaan, dan kesuksesan material, Yesus mengajak kita untuk melihat nilai-nilai yang lebih mendalam: kerendahan hati, solidaritas dengan yang miskin, dan ketergantungan pada Allah. Di era modern ini, di mana ketidakadilan sosial masih merajalela dan kesenjangan ekonomi semakin melebar, kita dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik bagi mereka yang terpinggirkan.
Di tahun 2025 ini Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengangkat tema Aksi Puasa Prapaskah yang berbunyi "KEPEDULIAN LEBIH KEPADA SAUDARA YANG LEMAH DAN MISKIN”. Ini merupakan aspek keberlanjutan dari tema sebelumnya yaitu: “SUBSIDIARITAS DAN SOLIDARITAS” (2024), “KESEJAHTERAAN BERSAMA” (2023) dan “PENGHORMATAN MARTABAT MANUSIA” (2022). KAJ mengajak seluruh umat Katolik untuk menaruh perhatian yang lebih bagi mereka yang kurang beruntung. Gereja diharapkan menjadi sebuah komunitas pengharapan yang aktif melayani dan membantu kaum miskin dan lemah, menghibur yang bersedih, mengikuti spiritualitas inkarnasi dan teologi belarasa. Sabda bahagia mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau status, tetapi pada relasi kita dengan Allah dan sesama.
Mari kita menjalani hidup dengan penuh syukur, rendah hati, dan siap menjadi alat kasih Tuhan di dunia yang penuh tantangan ini. [CL]